Mungkin WiseSob pernah dengar istilah “cara DDoS website” saat browsing atau lihat video iseng di internet. Tapi sebelum buru-buru salah paham, penting untuk tahu dulu bahwa DDoS—singkatan dari Distributed Denial of Service—adalah jenis serangan siber serius yang bisa melumpuhkan website. Artikel ini tidak dibuat untuk mengajarkan cara menyerang, tapi justru untuk memberi pemahaman agar WiseSob tahu cara kerja DDoS dan bagaimana melindungi website dari ancaman tersebut.

Apa Itu DDoS dan Bagaimana Cara Kerjanya?

DDoS adalah singkatan dari Distributed Denial of Service, yaitu jenis serangan siber yang bertujuan untuk membuat sebuah website tidak bisa diakses oleh pengguna. Caranya? Dengan membanjiri server dengan permintaan (request) palsu dalam jumlah sangat besar dan dalam waktu bersamaan. Akibatnya, server jadi kelebihan beban dan akhirnya gagal merespons permintaan pengguna yang sebenarnya.

Beda dengan DoS (Denial of Service) biasa yang hanya menggunakan satu sumber serangan, DDoS melibatkan banyak perangkat yang tersebar—biasanya dalam bentuk “botnet”. Botnet adalah jaringan komputer yang sudah terinfeksi malware dan dikendalikan oleh pelaku serangan. Mereka bisa berasal dari ribuan komputer atau perangkat IoT yang tak sadar jadi “pasukan” penyerang.

Bayangkan server website seperti restoran kecil dengan lima pelayan. Kalau tiba-tiba datang 10.000 tamu palsu dan semuanya minta dilayani, pelayan akan kewalahan dan pengunjung asli yang mau makan beneran jadi tidak bisa dilayani. Begitu juga server saat terkena DDoS—pengunjung sah jadi terhambat bahkan terblokir sama sekali. Serangan ini tidak merusak data, tapi bisa sangat mengganggu dan merugikan secara operasional dan reputasi.

Kenapa Website Bisa Jadi Target DDoS?

Serangan DDoS bisa menimpa siapa saja, bukan hanya perusahaan besar atau situs pemerintahan. Bahkan website kecil milik pribadi atau UMKM pun bisa jadi target. Motifnya bermacam-macam. Ada yang melancarkan serangan hanya karena iseng, untuk menguji kemampuan mereka sendiri atau sekadar cari sensasi. Tapi ada juga yang serius—misalnya karena alasan politik, dendam pribadi, atau persaingan bisnis yang tidak sehat.

Website bisnis dan toko online jadi sasaran empuk karena satu hal: kerugian finansial langsung. Ketika website down, pelanggan tidak bisa mengakses layanan, transaksi terhenti, dan citra brand bisa rusak dalam hitungan jam. Di sisi lain, situs milik pemerintah atau organisasi besar kadang diserang untuk menyuarakan pesan protes atau menyabotase informasi publik.

Jangan salah, meskipun website kamu kecil dan sederhana, itu bukan jaminan aman. Kadang serangan dilakukan acak, atau karena celah keamanan yang terbuka. Ada juga yang menyerang untuk mengalihkan perhatian sebelum melakukan peretasan lain. Intinya, semua website berisiko. Makanya, penting banget bagi WiseSob untuk memahami risiko ini sejak dini dan tahu cara mengantisipasinya sebelum terlambat.

Jenis-Jenis Serangan DDoS

Jenis-jenis serangan DDoS yang sering menyerang website di internet
Dibantu oleh AI – Jenis-jenis serangan DDoS yang sering menyerang website di internet

Jenis-jenis serangan DDoS itu ada banyak, dan masing-masing punya cara kerja yang sedikit berbeda. Biar WiseSob makin paham, yuk kita bahas beberapa tipe serangan DDoS yang paling umum ditemui di dunia maya:

  • UDP Flood
    Jenis ini menyerang dengan membanjiri server menggunakan permintaan data berbasis protokol UDP secara acak. Karena UDP nggak butuh koneksi stabil seperti TCP, server bisa dengan cepat kelelahan merespons semua permintaan ini.
  • SYN Flood
    Serangan ini mengeksploitasi proses “handshake” TCP. Pelaku mengirim permintaan koneksi (SYN), tapi tidak menyelesaikannya, membuat server menunggu dan kehabisan sumber daya untuk menangani permintaan lainnya.
  • HTTP Flood
    Serangan ini terlihat seperti traffic normal, tapi dalam jumlah sangat besar. Server dianggap sibuk melayani permintaan halaman web biasa, padahal itu semua palsu. Sulit dibedakan dari pengguna asli.
  • DNS Amplification
    Menggunakan server DNS publik untuk memperbesar volume serangan. Pelaku mengirim permintaan kecil tapi menghasilkan respons besar, membuat server korban kebanjiran data.
  • Slowloris
    Jenis ini bekerja pelan tapi mematikan. Menjaga koneksi terbuka selama mungkin tanpa pernah menyelesaikannya. Akibatnya, slot koneksi server penuh, dan pengguna lain tak bisa masuk.

Dengan mengenali tipe-tipe ini, WiseSob bisa lebih siap menghadapi ancaman nyata di dunia digital.

Cara Mencegah dan Menghadapi DDoS

Menghadapi serangan DDoS memang nggak mudah, tapi bukan berarti nggak bisa dicegah. Ada beberapa langkah praktis yang bisa WiseSob lakukan untuk mengurangi risiko dan dampak serangan. Pertama, gunakan proteksi firewall pihak ketiga seperti Cloudflare atau Sucuri. Layanan ini bisa menyaring traffic mencurigakan sebelum masuk ke server utama kamu. Mereka juga punya fitur anti-DDoS bawaan yang cukup efektif untuk website skala kecil hingga menengah.

Selain itu, aktifkan fitur rate limiting yang membatasi jumlah permintaan dari satu IP dalam waktu tertentu. Ini bisa memutus sumber serangan sebelum membanjiri server. Kalau hosting kamu mendukung proteksi DDoS, pastikan fitur itu sudah aktif—banyak hosting premium sudah menyertakannya tanpa biaya tambahan.

Pantau traffic website secara berkala. Kalau tiba-tiba lonjakan pengunjung terlalu drastis dan tidak wajar, itu bisa jadi tanda awal serangan. Gunakan juga WAF (Web Application Firewall) untuk menyaring permintaan ke halaman-halaman penting di website kamu.

Dan yang tidak kalah penting: jangan pernah abaikan backup dan log monitoring. Kalau sewaktu-waktu terjadi serangan, kamu masih punya salinan data, dan bisa melacak sumber masalahnya dengan cepat. Pencegahan itu selalu lebih baik daripada pemulihan.

Apakah DDoS Bisa Dilaporkan Secara Hukum?

Serangan DDoS bukan sekadar gangguan teknis—ini adalah tindakan ilegal yang bisa dikenakan sanksi hukum. Di banyak negara, termasuk Indonesia, DDoS tergolong sebagai kejahatan dunia maya karena secara sengaja mengganggu layanan digital dan menyebabkan kerugian, baik secara materi maupun reputasi. Undang-undang ITE di Indonesia pun mengatur tentang penyalahgunaan akses dan serangan terhadap sistem elektronik, termasuk bentuk serangan seperti ini.

Kalau WiseSob mengalami serangan DDoS, kamu bisa segera melaporkannya ke penyedia layanan hosting atau DNS seperti Cloudflare. Mereka biasanya punya mekanisme mitigasi khusus dan bisa membantu memblokir sumber serangan. Selain itu, kamu juga bisa menyampaikan laporan ke unit siber kepolisian (seperti Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri) agar kasus ini bisa ditindak secara hukum.

Yang penting, hindari membalas atau menggunakan tools DDoS untuk menyerang balik. Selain tidak etis, tindakan itu justru bisa menyeret kamu ke ranah hukum yang sama. Edukasi, dokumentasi, dan pelaporan yang tepat adalah langkah terbaik untuk menangani kasus semacam ini. Dunia digital butuh lebih banyak pelindung, bukan penyerang. Jadi tetaplah bijak, WiseSob.

Tips WiseWebster untuk WiseSob

Sebagai partner digital kamu, kami di WiseWebster punya beberapa tips penting agar WiseSob bisa menjaga website tetap aman dan siap menghadapi ancaman siber seperti DDoS. Pertama dan paling mendasar, pastikan kamu menggunakan layanan hosting yang sudah menyertakan fitur proteksi DDoS secara bawaan. Banyak penyedia hosting berkualitas menawarkan lapisan keamanan ini tanpa perlu konfigurasi rumit, jadi pastikan fitur tersebut aktif sejak awal.

Kedua, jangan tunda update. Sistem yang tidak diperbarui sangat rentan jadi celah masuk serangan, termasuk DDoS. Baik itu CMS, plugin, tema, atau sistem backend lainnya—pastikan semuanya selalu up to date agar tidak ada celah keamanan yang bisa dimanfaatkan pelaku.

Dan kalau WiseSob menjalankan bisnis online, audit keamanan harus masuk dalam rutinitas. Jangan tunggu sampai diserang dulu baru repot. Audit bisa dilakukan sendiri atau lewat jasa profesional untuk memeriksa log aktivitas mencurigakan, konfigurasi server, dan sistem monitoring. Dengan kebiasaan menjaga keamanan secara rutin, WiseSob tidak hanya melindungi website dari downtime, tapi juga menjaga kepercayaan pengguna dan reputasi brand. Ingat, keamanan itu bukan fitur tambahan—melainkan fondasi dari kehadiran digital yang profesional dan terpercaya.

Kesimpulan

Memahami cara kerja serangan DDoS bukan berarti WiseSob ingin jadi pelaku, tapi justru agar lebih siap melindungi aset digital yang dimiliki. Dengan pengetahuan yang cukup, kita bisa mencegah risiko lebih awal dan tahu langkah apa yang harus diambil saat menghadapi serangan. Dunia digital saat ini butuh lebih banyak orang yang peduli terhadap keamanan, bukan hanya soal tampil keren di depan, tapi juga kokoh di belakang layar. Kalau WiseSob butuh bantuan teknis atau ingin membuat website yang tahan serangan, kami di WiseWebster selalu siap jadi partner andalanmu.

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating / 5. Vote count:

No votes so far! Be the first to rate this post.